~
saya membuka laptop..membuka folder mp3, dan lagu The Hardest Day langsung terlihat lebih menyolok dari deretan judul lagu yang lain.. saya memakai headphone dan mulai mendengarkan. ya, lagu ini pernah menjadi bagian dari perjalanan saya.. i love those moments, i love this song, i love the people around me, and i love your kindness to me. saya ingat, lagu ini pernah mengalun di dalam mobil yang saya dan orang-orang yang saya cintai pakai ketika kami, dengan penuh rasa memiliki, mencari santap malam hingga hampir keluar kota..ya, hanya untuk mencari santap malam.. *gonna miss you guys*
~
selalu bingung harus mulai menulis dari mana. saya tiba tiba saja ingin menuliskan cerita-cerita selama saya kurang lebih dua bulan menjalani kepaniteraan senior di bagian ilmu kesehatan anak di RSMH. air mata sedih maupun bahagia sudah keluar dari pelupuk mata saya. keadaan dunia yang hampir jungkir balik karena saya super kelelahan dan sangat membutuhkan waktu tidur walaupun hanya beberapa menit saja juga sudah saya rasakan. nafsu makan saya yang meningkat secara gila-gilaan namun berat badan saya justru turun hingga 5 kilo juga pernah terjadi (padahal saya hampir tiap malam makan satu bungkus nasi padang,ckck). semuanya di sini..
rotasi kepaniteraan saya dimulai dari departemen ilmu kesehatan anak. satu hari sebelum rotasi dimulai, saya terus terang tidak bisa tidur lantaran cemas..why? karena hampir seluruh koas yang sudah lebih dahulu "mencicipi" rumah sakit berkata "stase mayor yang paling berat adalah ilmu kesehatan anak" mati lah saya..saya masih sangat junior sudah dapat stase yang berat. tidaaaak! mata saya tak bisa terpejam malam itu..
hari perdana. selagi menunggu rombongan koas yang lain, saya sempat mengobrol-ngobrol sebentar dengan salah satu koas yang telah "digembleng" selama 2 bulan sebelumnya. dia hanya berkata "nangis-nangis deh kalian disini.." sambil senyum asem. what?! sebegitu menyeramkan kah?? makin mau copot jantung saya. masa bodoh amat lah, apapun yang terjadi ya jalani saja, pikir saya kala itu.
dan ternyata 3 jam dari perbincangan saya dengan koas sebelumnya tadi, saya sudah bisa merasakan dahsyatnya perputaran dunia di sini. semua harus serba cepat. serba cermat. serba gesit. serba teliti. serba perfect. serba ini dan serba itu. saya terus terang sudah menyerah pada hari pertama, rasanya saya belum terlatih untuk menghadapi stressor yang cukup besar seperti itu. wajar toh karena saya belum mempunyai pengalaman apa-apa dalam dunia per-koas-an. tapi, sepertinya setiap departemen tidak menerima alasan childish seperti itu. sekali anda bertitel koas, anda sudah harus siap dengan segala tanggung jawab yang ada, terhadap pasien, diri sendiri, dan orang lain. kurang lebih seperti itu lah.
seperti yang lainnya, saya juga kebagian jadwal jaga malam. yayy..jadwal jaga pertama saya adalah ruang neonatus (bayi yang berumur 0-27 hari). Tuhaan..apa ini? saya sumpah demi apa, benar-benar bingung ketika jam jaga mulai dan saya berhadapan dengan sekitar lebih dari 25 neonatus yang sedang butuh perawatan dan pengobatan ekstra teliti di sini. saya yang masih sangat "buta" hanya bisa berdoa beberapa menit dan berusaha menenangkan diri. saya bertanya kepada kakak residen di sana, dan order pertama saya adalah "dek, batasin cairan untuk bayi-bayinya ya.." jreng jreeng..mana saya tahu cara membatasi cairan? cairan apa yang dipakai? berapa tetesan infus permenitnya? dan sampai berapa lama cairan dibatasi? kalau cairannya berlebihan atau kekurangan, apakah yang bakal terjadi? bayi ini jam sekian harus dikasih infus jenis ini, bayi yang itu harus masuk transfusi sekian cc, bayi yang sana jangan sampai dehidrasi, bayi A jangan sampai hipotermi, bayi B harus dipantau tiap sekian jam, bayi C dipasang NGT (selang yang dimasukkan dari hidung langsung ke dalam lambung), dan lain lain. oh noo! satu lagi, saya selama ini berpikir bayi adalah manusia kecil yang menggemaskan. namun, di sini pandangan saya berubah total. saya baru kali ini melihat bayi dengan kadar bilirubin yang teramat tinggi sehinga sekujur tubuhnya berwarna kuning, benar-benar kuning seperti stabilo (i miss you, shifa. how are you 'lil baby?), bayi dengan meningo-encephalocelle (bagian otaknya ada di luar tempurung kepala), bayi prematur berusia 2 jam dengan gastroschizis, bayi-bayi sepsis (kadar kuman dalam darah yang teramat tinggi), bayi-bayi yang harus menerima transfusi PRC ataupun Tc sesegera mungkin.. oh tidak..saya tidak sanggup menyebutkan satu per satu. intinya adalah saya sangat merasa tertantang dan lama-kelamaan saya menyukai ruangan neonatus. saya bertemu dengan ibu-ibu bayi..kenalan, ngobrol-ngobrol, dan tak jarang saya menjadi tempat curahan hati mereka.. inilah yang bisa melegakan hati saya, ketika kita menyadari bahwa ternyata kita bisa menolong dan bermanfaat untuk orang lain.
di sini saya juga mendapat pengalaman berharga menyuntik imunisasi terhadap bayi-bayi yang baru lahir :) uwwoo..saya senang sekali! saya berhasil memberkan vaksin BCG yang mana harus disuntikkan intradermal (harus terlatih untuk menyuntik intradermal ataupun subkutan) di daerah deltoidea bayi mungil tersebut..saya amat sangat terharu! bayi ini adalah anak pertama bagi orangtuanya. benar-benar harapan dan impian orangtua. apalagi ketika melihat ekspresi bahagia dari kedua orang tua si bayi Rizki, rasa lelah saya tidak berarti apa-apa. itulah kepuasannya. saya ikut larut dalam euphoria keluarga kecil ini. "dedek kalau besar mau jadi dokter juga kayak tante..bisa ngobatin orang.." ya ampuuun saya hampir menangis ketika si ibu berbicara penuh harap kepada bayi Rizki! padahal yang saya lakukan bukanlah hal besar yang patut untuk diberikan apresiasi setinggi itu..
saya juga bertemu dengan bayi-bayi kurang gizi alias marasmur-kwashiorkor. ya Tuhan..maafkan saya, karena pada awalnya saya (maaf) merasa mual ketika melihat mereka untuk pertama kali. karena benar-benar tidak pernah terlintas di kepala saya bahwa di luar sana banyak sekali bayi-bayi dan anak-anak yang tidak seberuntung saya dalam bidang kesehatan dan juga gizi. bahkan untuk memegang saja, saya tidak berani. saya takut tulang belulang mereka remuk ketika saya pegang, karena mereka terlihat sangat rapuh dan tak berdaya. seperti hanya tulang dibalut kulit. ya seperti itulah kira-kira.
saya juga puas menemui kasus kejang pada bayi, karena memang ternyata sangat sangat banyak dan sangat sangat sering pada bayi. saya sering merasa sebal kepada orangtua pasien karena mereka kurang peka dan paham terhadap kondisi anak mereka yang sudah terlalu sering kejang. hmm..mungkin itu menjadi tugas semua tenaga medis untuk memberikan edukasi yang prima kepada orangtua pasien, terutama ibu-ibu.
yang paling unik adalah saya menemui Dimas, pasien Duchenne Muscular Dystrophy. haha, saya sempat tergelitik untuk memvideokan cara Dimas bergerak dari posisi duduk ke berdiri, karena sangat unik (disebut Gower's sign). namun juga berbahaya, karena ketika sistem motoriknya terganggu, makan otot-otot pernapasannya juga akan direang berikutnya. sehingga akan... ah, semoga tidak.
dan pelajaran yang patut untuk saya ingat seumur hidup adalah betapa harus bersyukurnya saya karena terlahir normal, tidak kurang suatu apapun. karena baru di sinilah untuk pertama kalinya saya kontak langsung dengan penderita keganasan, yang mengharuskan mereka menerima kemoterapi dengan segala efek samping obat yang terkadang sangat sulit untuk dijelaskan. saya jujur, pertama kali bertemu dengan seorang anak kecil penderita retinoblastoma (silahkan cari sendiri gambarnya), saya benar-benar kaget dan takut. saya tidak tega membayangkan perasaan bocah kecil ini yang kehilangan penglihatannya, sedangkan saya masih sibuk mengurusi mau softlens warna apa saya dalam 6 bulan ke depan agar terlihat lebih menarik?? oh, sungguh tidak pentingnya saya. saya sangat suka bangsal hematologi. saya mencintai pasien-pasien di sana, keluarga mereka, suasana kekeluargaan mereka terhadap saya, dan senyuman bocah-bocah yang harus menghadapi kenyataan bahwa mereka pengidap kanker namun tetap ceria adalah obat yang paling ampuh bagi saya untuk tetap bisa bertahan. Sukoba dengan perutnya yang membesar. Faisal dengan kepala botak dan pipi gembul karena efek obat. Ewa dengan keadaan yang semakin memburuk dan harus dirawat di ruang isolasi. Vira yang selalu bermasalah ketika post-transfusi, yang sesaat sebelum meninggal, ibunya menangis dan berkata "nak..gak papa kalau meninggal..gak sakit.." (i'm totally crying). Siska dengan NHL dan sempat selaput pembungkus paru-parunya dipenuhi oleh cairan. Rico dengan tumor ususnya yang begitu menyiksa. Bagas dengan perdarahan aktif hampir setiap harinya. dan semua-semuanya tak bisa saya sebutkan satu persatu. dan mereka ketika ditanya, sakit apa kamu dek? mereka menjawab..leukemia T.T
dan percaya atau tidak, kepribadian saya perlahan-lahan berubah semenjak saya bertugas di rumah sakit. dulu, saya sangat apatis, apalagi terhadap anak kecil.. sekarang, saya sudah lebih bisa berempati kepada oarang-orang yang sedang menderita kesakitan. saya lebih menghargai momen berharga bersama orang-orang terkasih :)