Minggu, 20 Februari 2011

it is called "galau"

terlalu naif memang bila saya dulu (menjelang usia 20 tahun) punya impian kurang lebih seperti ini :

"by the age of 20, i'm wishing a better life, study, and love life (a man who will get serious with me).amiin"

untuk beberapa saat saya merasa seluruh yang ada di kalimat tersebut telah saya miliki. dan saya sangat bersyukur akan hal tersebut. tentu saya berharap bahwa keadaan yang sedang saya punya saat itu akan bertahan selamanya. namun, nasib berkata lain.

setahun kemudian, di saat usia saya tepat 21 tahun, nasib berkata lain. satu per satu dari kalimat impian saya rontok. better life? i don't think so. better study? not as much as i wished. better love life? it's getting even worse!

berat rasanya saya harus membangun semuanya dari awal. saya yang sebelumnya tergantung dengan seseorang harus bisa lebih mandiri dalam memanage pikiran saya sendiri. jujur, saya memang sensitif dan moody. sehingga saya hampir merasa tidak sanggup bahkan hanya untuk memutuskan apakah saya boleh untuk memulai kisah yang baru atau tidak.

saya dipenuhi kegalauan. saya juga sudah cukup lama mengoreksi kesalahan-kesalahan yang ada pada diri saya agar tidak terulang di kemudian hari. dan setelah semua fase penuh beban saya lewati dengan sabar, saya pelan-pelan menarik kesimpulan "I deserve much better than this!"

dan saya sangat bersyukur saya dikelilingi oleh orang-orang yang sangat baik kepada saya dan juga keluarga saya, yang siap menghibur saya kapanpun, yang selalu "mengisengi" saya dengan lelucon2 garing, dan semuanya. alhamdulillah..

namun dari semua itu, saya masih tetap sering merasa sendiri dalam keramaian. hmm kalau diistilahkan jaman sekarang keadaan saya kurang lebih menjadi "galau". jujur, saya rindu merasakan rasanya jatuh cinta. sensasi deg-degan. sensasi kegirangan ketika ringtone sms atau telpon berbunyi. sensasi senyum-senyum sendiri di depan cermin. sensasi menjadi lebih feminin. gooossshh, i miss that so!

I really do.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar