Sabtu, 24 Juli 2010

yang mencintaimu, yang tak kau lihat

beberapa hari belakangan ini saya lagi semangat semangatnya mendengarkan lagu Cicak di Dinding, punya Dee yang diambil dari buku Rectoverso. saya baru menyadari bahwa saya pernah berada dalam 'alunan' lirik lagu ini..


Nada dan puisi datang dan pergi menghampirimu
Tiada yang mampu merengkuh arti dan isi hati

Kadang benda mati yang memenangkan
Tempat di sisimu
Atau hewan kecil yang luput dari pandanganmu

Ku berserah dalam ketakberdayaan
Berbahagia dengan satu impian
Dan satu kejujuranku

Ku ingin jadi cicak di dindingmu
Cicak di dindingmu
Hanya suara dan tatapku menemanimu

Dan ku menyadari tanganku
Tak kan mampu meraihmu
Walau cinta katanya tak kan lelah memberi


Ku lepas engkau, ombak hatiku
Percikmu abadi menyegarkanku
Namun biarlah kini...
Kuingin jadi cicak

S'perti cicak di dindingmu
Cicak di dindingmu
Melekat, menemani, membelai dinding jiwamu...



hanya bisa mengagumi dari kejauhan. dari titik persembunyian yang sulit untuk ditemukan oleh mata telanjang. sesak karena bongkahan perasaan yang mestinya mencair dan mengalir tak kunjung menemui alurnya sendiri.

hanya bisa mengagumi dari kejauhan. walaupun kulit hanya terpisah beberapa senti saja, tetap terasa seperti terpisah bermi mil jauhnya. walaupun beningnya irismu sungguh jelas terlihat, tetap aku tak bisa masuk ke dalamnya.

hanya bisa mengagumi dari kejauhan. apakah aku makhluk tak terlihat sampai sampai kau tak menyadari keberadaanku? apakah aku harus mengungkap semuanya supaya kau tahu?

hanya bisa mengagumi dari kejauhan. dan akhirnya aku lelah. kuputuskan untuk berhenti bila memang benar ia yang memenangkan.

hanya bisa mengagumi dari kejauhan. akan selalu seperti ini.




untuk salah satu teman sejawat saya..

1 komentar: